Tipudaya Pelaku Maksiat Tipudaya yang melanda kaum beriman yang melakukan maksiat adalah melalui ucapan mereka “Allah-kan Maha Pengampun dan Penyayang, kita sangat berharap ampunan-Nya”. Dengan jargon demikian mereka malas dan mengabaikan amal-amal ibadat dengan bersembunyi dibalik harapan rahmat, padahal mengharap rahmat memang tindakan terpuji. Mereka dengan mudah mengatakan bahwa rahmat Allah itu luas, nikmat-Nya universal, kemurahan-Nya merata, dan kita-kita adalah bertauhid dan beriman, dan kita berharap melalui iman, kemurahan dan kebajikan. Terkadang sumber permulaan perilaku mereka adalah merasa bangga dengan nenek moyang mereka. Dan sikap demikian merupakan tipudaya yang sudah sangat jauh. Sementara para generasi nenek moyangnya sangat menjaga kebajikan dan wira’i mereka. Lantas mereka membangun analogi yang dilimpahi nilai-nilai setan: “Siapa yang mencintai manusia, pasti mencintai anak cucunya. Bila Allah telah mencintai bapak, ibu dan nenek moya...