Dari yang saya ketahui selama ini, ternyata masih banyak sekali orang yang belum mengetahui pengertian ngaji secara menyeluruh. Banyak yang menyimpulkan jika ngaji atau yang dalam bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai "Mencari Ilmu" adalah pengajian Al-Qur'an. Padahal seperti yang disampaikan di atas, bahwa ngaji adalah mencari ilmu, yang dalam hal ini adalah mencari ilmu Agama.
Nah, bagaimana bisa ngaji atau mencari ilmu lebih penting dibanding sholat. Kan kita seringkali mendengar bahwa sholat adalah ibadah utama yang bisa membuat segala amal perbuatan kita diterima. Bahkan ada hadist yang menerangkan jika pertanyaan malaikat di dalam kubur tentang sholat akan menentukan berat atau mudahnya pertanyaan berikutnya.
Tak hanya itu, dalam Islam, sholat adalah 'Tiang Agama', artinya Islam tidak bisa menjadi sempurna bahkan seseorang tidak bisa disebut Islam jika mereka meninggalkan sholat. Seperti sebuah bangunan, tidak akan berdiri tanpa tiang, dan sebuah objek yang tidak ada tiangnya tidak bisa disebut sebagai bangunan.
Demikian pula ada beberapa ulama yang mengatakan jika sholat adalah pembeda mana orang Islam mana orang yang kafir. Meskipun KTP dan keyakinan seseorang adalah Islam, namun jika meninggalkan sholat hakikatnya orang tersebut adalah kafir. Jika benar demikian, mungkin saja lebih banyak orang Islam namun kafir dibandingkan orang Islam yang benar-benar Islam.
Satu lagi hadist yang membuktikan sholat adalah kewajiban yang sangat penting adalah bahwa kesempurnaan sholat seseorang dapat memberikan dampak terhadap perilaku mereka. Artinya, semakin sempurna kualitas ibadah sholat seseorang, maka akan semakin baik pula akhlaknya. Karena sholat bisa menjadi rem bagi setiap orang agar tidak terjerumus untuk melakukan maksiat.
Sudah ketemu? Mana yang membuat ngaji lebih penting dari pada sholat? Jawabannya tepat berada di paragraf sebelum ini. Yakni, Ngaji / Mencari ilmu agama inilah yang bisa menentukan sholat kita menjadi berkualitas atau tidak.
Bagaimana cara sholat, mana yang sunnah, mana yang wajib, apa yang harus dibaca, ada berapa rukun sholat, syarat sholat, dan hal-hal yang berkaitan dengan kualitas sholat tidak akan kita ketahui tanpa kita ngaji atau mencari ilmu. Bahkan amal perbuatan baik seseorang akan kalah dengan aktivitas yang menurut kita bukan ibadah jika tidak disertai dengan ilmu.
Ada suatu cerita menarik yang patut kita ambil hikmahnya di bawah ini!
Pada suatu hari, ketika Rasulullah SAW hendak memasuki masjid, alangkah terkejutnya Ia. Tepat di samping pintu masjid, Beliau melihat sesosok tubuh, membayang, dan akhirnya semakin jelas. Ternyata ia adalah iblis laknatullah.
Ketika Rasulullah melongokkan kepalanya ke dalam masjid, terdapat dua orang di sana. Namun, satu orang tengah melaksanakan sholat, sedangkan seorang lainnya tampak tengah tertidur pulas dekat pintu. Iblis itu tampak gusar dan ragu antara masuk masjid atau tidak.
Rasulullah SAW pun bertanya, "Wahai Iblis, apa yang sedang kamu lakukan di sini?" tanya Rasulullah SAW. Iblis pun menjawab, "Aku hendak masuk masjid dan merusak shalatnya orang itu. Tetapi aku merasa takut terhadap orang yang sedang tidur itu," kata iblis sambil menunjuk orang yang sedang tidur.
Rasulullah mengerinyitkan keningnya tanda semakin keheranan. Lantas, Beliau bertanya lagi, "Wahai iblis, mengapa engkau takut terhadap orang yang sedang tidur dan tidak takut kepada orang yang sdeang shalat dan bermunajat kepada Allah?"
Iblis tidak dapat menyembunyikan rahasia di hadapan Rasulullah SAW. Ia pun dengan gamblang menguraikan alasannya, "Ya Rasulullah, orang yang sedang shalat tersebut adalah orang yang bodoh, ia tidak tahu syarat hukumnya shalat, tuma'ninah, dan tidak bisa shalat dengan khusyuk”.
Iblis melanjutkan perkataannya, “Sedangkan orang yang sedang tidur itu adalah orang yang alim, maka jika aku merusak shalatnya orang bodoh itu, aku khawatir, dia akan membangunkan orang yang sedang tidur itu kemudian mengajari dan membetulkan shalatnya orang yang bodoh tadi," jelas Iblis ketakutan.
Rasulullah mengangguk-anggukan kepalanya mendengar keterangan iblis. Beliau semakin sadar bahwa ilmu adalah senjata dan modal bagi umatnya untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan dunia dan akhirat.
Oleh karena itu Rasulullah SAW pernah bersabda, "Tidurnya orang alim dan berilmu itu lebih baik daripada ibadahnya orang yang bodoh”.
Jelas sudah alasan mengapa ngaji atau mencari ilmu agama jauh lebih penting dibanding sholat yang tidak ada ilmunya. Rasulullah juga pernah bersabda jika perbandingan orang yang sangat rajin beribadah (Ahli ibadah) yang tidak disertai ilmu dengan orang yang ahli ilmu adalah ibarat Rasulullah itu sendiri dibanding orang yang paling awam.
Diceritakan dari Abdullah bin Amr bahwa keutamaan seorang yang berilmu dibandingkan dengan seorang ahli ibadah adalah tujuh puluh derajat. Setiap diantara dua derajat, jaraknya sama dengan perjalanan kuda selama tujuh puluh tahun. Hal itu dikarenakan setan menebarkan sesuatu yang sesat, lalu orang yang berilmu mengetahuinya dan melarang orang melakukannya. Sedangkan seorang ahli ibadah, ibadahnya hanya untuk dirinya sendiri, bahkan ia tidak mengetahui mengapa ia beribadah.
Al-Muzani meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa para setan bertanya kepada iblis, "Wahai tuan kami! Kami melihat engkau begitu gembira dan senang karena kematian seorang yang berilmu, tetapi kami tidak pernah melihat engkau begitu senang dengan kematian orang yang ahli ibadah.”
Iblis berkata, “Pergilah kalian.” Kemudian mereka pergi menemui seorang ahli ibadah. Mereka berkata, “Kami ingin menanyakan sesuatu kepadamu maka tinggalkan dulu ibadahmu!” Lalu settan bertanya, “Apakah Allah (Tuhanmu) mampu membuat dunia ini di dalam telur?” sang ahli ibadah menjawab, “Aku tidak mengetahuinya.”
Setelah mendengar jawaban ahli ibadah tadi, iblis berkata kepada para setan, “Bukankah kamu sekalian melihat, bagaimana ia telah menjadi seorang kafir dalam seketika?”
Lalu mereka mendatangi seorang ahli ilmu. Mereka bertanya kepadanya, “Kami akan menanyakan sesuatu kepadamu.” Ia menjawab, “Tanyalah!” Apakah Tuhanmu mampu menciptakan dunia ini di dalam sebuah telur?” “Iya,” jawabnya. Mereka bertanya lagi, ”Bagaimana Allah melakukan itu? Ia menjawab, “Cukuplah bagi-Nya berkata, kun fayakun (jadilah, maka akan terjadi).” Setelah mendengar jawaban orang yang berilmu, iblis berkata kepada para setan, “Lihatlah, bagaimana kamu sekalian menyaksikan orang yang berilmu tadi, bukankah jawabannya tidak membahayakan dirinya (benar)? Inilah yang membuat saya sedih.”
Kisah ini juga diriwayatkan dalam kisah yang lain bahwa para setan mendatangi seorang ahli ibadah sambil bertanya, “Apakah Tuhanmu mampu menciptakan sesuatu seperti dirinya? Ia menjawab, “Aku tidak mengetahuinya.” Lalu iblis berkata kepada para setan, “Lihatlah bagaimana ibadah seorang ahli ibadah itu sama sekali tidak mendatangkan manfaat karena kebodohannya?”
Lalu mereka bertanya kepada ahli ilmu, dan dijawab, “Ini adalah pertanyaan yang mustahil. Jika sesuatu itu seperti Allah, berarti ia bukan makhluk, sedangkan sesuatu yang seperti Allah disebut makhluk adalah mustahil.” Kemudian iblis berkata, “Lihatlah bagaimana orang yang berilmu menghancurkan sesuatu dalam sekejap, apa yang saya bangun selama bertahun-tahun.”
Semoga dengan cerita dan pemahaman seperti ini, kita bisa lebih mudah melangkahkan kaki ke tempat-tempat pengajian yang tentu sangat banyak sekali di sekitar lingkungan kita. Barang siapa mempunyai niatan baik untuk melakukan kebaikan, InsyaAllah akan mendapat kemudahan untuk melakukannya, Namun, sekali lagi, hal yang paling berat untuk mendatangkan kebaikan adalah rasa malas yang dimunculkan oleh setan, sedang rasa malas tersebut mampu dikalahkan oleh hati yang ihklas dan benar-benar ingin melakukan kebaikan. Semoga bermanfaat.
